Selasa

Guru Masakku

Dulu kupikir kegiatan yang paling sulit itu adalah memasak. Aku takut sekali dengan kompor (tentu saja kompor yang sedang menyala). Aku sudah berpikir kalau aku akan selamanya tidak bisa memasak, apalagi dengan kondisi mataku yang daya penglihatannya semakin menurun. Yang tinggal sekarang hanya bayang-bayang dan cahaya. Jangan tanya tinggal berapa persen, karena aku sudah lupa bagaimana rasanya melihat dengan sempurna 100%.

Aku sudah mencoba memasak beberapa kali, tetapi selalu saja gatot, alias gagal total.
Ditambah lagi kegatalanku untuk bereksperimen. Belum bisa masak, sudah gatal ingin coba yang macam-macam. Seperti dulu, aku pernah membuat havermut dengan dicampur bekatul. Mungkin juga bekatulnya yang terlalu banyak, sehingga ketika suamiku memakannya, tenggorokannya langsung tersedak, karena rasanya seperti memakan pasir!
Pernah juga aku membuat pancake: 2 sendok pancake dengan sebutir telur kocok, dan hasilnya adalah pancake gosong berisi telur setengah matang!
Aku mencoba masak yang lebih mudah dan nggak neko-neko: kuah telur + sayur hijau. Sangat mudah dan aku sudah percaya diri kalau masakanku kali ini pasti berhasil dan rasanya enak. Tapi ternyata bawang putihnya gosong, sehingga ketika suamiku ingin memakannya, dia bingung dengan benda-benda kecil berwarna hitam yang banyak mengambang di dalam kuah sayur.

Aku sempat putus asa dengan berkata kepada suamiku :
"Mungkin aku memang nggak bakat memasak kali ya??"

Tapi walaupun aku merasa putus asa, pikiranku tetap saja melayang ke dapur dan bumbu masakan. Aku sering membayangkan cara memasak ini atau itu. Dan akhirnya, aku pun kembali memberanikan diri untuk memegang pisau, kuali dan kompor. Dan ternyata, sekarang aku berhasil mendapat penghargaan dari suamiku!

Awalnya aku mendapat nilai 7 untuk omelete-ku yang berisi: bawang bombay, keju, sosis, cabe rawit + sesendok susu bubuk.
Untuk keberhasilanku menumis sayur, menggoreng, dan terakhir membuat tahu kecap, Suamiku memberiku pujian dengan berkata : "Makin ke sini masakannya makin enak!".

Kalau untuk havermut yang rutin kubuat setiap pagi, tidak lagi kucampur dengan bekatul, tapi dengan wortel atau keju atau buah-buahan. Untuk yang satu ini, aku mendapat nilai : "Sempurna!"

Yipiiiiii!!!!

Terima kasih kuucapkan buat guru-guruku :
Guru yang pertama bernama : suami tercinta yang nggak kapok-kapoknya mencicipi hasil masakanku!
dan guruku kedua yang tak kalah pentingnya adalah pengalaman yang hampir saja membuatku frustasi!

Tuo sie...

Tidak ada komentar: