Minggu

My Wedding Day

30 Agustus 2008

30 Agustus 2008 adalah hari yang bersejarah buatku dan ko Wiria, karena di hari yang indah ini kami mengucapkan janji setia seumur hidup, bukan hanya di hadapan orang tua, saudara-saudara, dan teman-teman, tetapi juga di hadapan Tuhan, dan kalau sudah melibatkan Tuhan, itu berarti janji kami bukan lagi janji yang main-main atau dengan gampangnya bisa ditarik kembali, karena "apa yang sudah dipersatukan Allah, tidak dapat lagi dipisahkan oleh manusia!".

Makanya di hari Sabtu, hari terakhir dari bulan Agustus ini, merupakan hari yang sangat penting dan sangat mempengaruhi hidup kami selanjutnya.
Bayangkan saja, hanya lewat satu hari, aku bukan lagi gadis yang bebas, bebas melirik cowok lain, bebas berkeliaran, bebasmemilih posisi bobo, mau lurus apa melintang, atau bebas menggulung tubuh dengan selimut. tapi setelah hari bersejarah itu, aku telah berubah menjadi wonder woman, ups, maksudnya, bener-bener menjadi wanita dewasa, bukan hanya secara fisik, tapi juga secara mental, cara berpikir maupun bertindak. tidak hanya mengurus diriku sendiri, tetapi mengurus sebuah keluarga!
yah, sebuah keluarga yang akan kubangun bersama ko Wiria.
Keluarga yang besar atau kecil, tergantung seberapa getolnya kita buat anak! hehehe...

Untung saja ada mami, my super mom yang sudah ahlinya mengurus soal pernikahan, jadi segala persiapan sudah terlaksana dengan sempurna.
Yah..., walaupun nggak ada sesuatupun yang sempurna di muka bumi ini, tapi persiapan yang sudah dilakukan my super mom sudah sangat sempurna buatku, khususnya masalah gedung dan tetek bengeknya. seperti makanan, MC, dekorasi, mobil pengantin, (menggunakan WO dari Chez Inggrid). Kartu undangan, penari, pengapit, sampai baju pengantin, semuanya aku serahkan kepada mami yang seleranya sudah paling terpercaya!
Sementara urusan Gereja diserahkan ke aku dan ko Wiria. seperti koor, aku percayakan kepada teman-temanku penyandang cacat dari Laetitia, pembaca ayat juga temanku tunanetra, pembawa persembahan, yaitu teman-teman Legio Maria, termasuk MC dan seksi kerepotan. sementara ada suster-suster dari sekolah Sang Timur yang dengan sukarela menyumbang banyak sekali bunga, yang menjadikan suasana di dalam Gereja tampak makin semarak.



Ada satu hal yang buat aku agak dag-dig-dug dalam menghadapi hari pernikahanku, yaitu keputusanku sendiri untuk menyanyi duet dengan ko Wiria di Gereja. Kami akan menyanyi lagu "Berkatilah" sebelum kami mengucap janji.
Masalahnya, kami cuma punya kesempatan latihan bareng koor sekali saja dan ada bait di mana kami harus pecah suara, ko Wiria suara tiga, sementara aku tetap disuara satu. Seharusnya kan ko Wiria yang kuatir, karena selain dia belum terbiasa nyanyi di depan umum, tapi juga yang paling menegangkan, karena dia harus masuk suara tiga. eeehh..., ini malahan aku yang jadi panik sendiri, bukan karena nggak percaya sama kemampuan ko Wiria, tapi lebih karena aku yang nyanyi duluan untuk bait pertama!
Sebenernya sih, gara-gara aku pernah punya pengalaman buruk saat nyanyi di acara natalan anak-anak muda. waktu itu aku juga yang masuk pertama, dan pas narik suara, ternyata suaraku nggak seirama dengan musik, jadilah sumbang bin ngaur! alias berantakan binti ngaco!!!
cuma bikin telinga para pendengar jadi pada keriting kayak kepiting dipiting pake gunting sampe bunting!!!
pusiiiiinngggg!!!!

Tapi, apapun yang terjadi, hari pernikahanku akan tetap datang, nggak ada yang bisa menahannya. jam terus berputar, nggak perduli yang mau hajatan udah pada siap apa belum!
pokokek terjang teruuus!!!

Tibalah hari yang dinanti-nantikan.

Penata rias didatangkan langsung dari kota Sukabumi.
dan sebagai pemeran utama, aku mendapatkan giliran untuk dirias paling pertama.
Jam 5 pagi penata rias sudah pada stand by di rumahku, sementara aku sendiri baru bangun. nggak pake acara males-malesan lagi, aku langsung bergegas masuk kamar mandi.

Inilah saat terakhirku menyandang status sebagai gadis, beberapa jam lagi aku sudah akan menjadi nyonya Wiria.
Ooow, begitu cepatnya waktu berputar...
kayaknya baru kemarin deh aku duduk di bangku sekolahan.
baru kemarin juga rasanya aku masih duduk dipangkuan papi,
dan sepertinya baru kemarin juga aku bermimpi menjadi seorang pengantin!

Tapi sekarang, beberapa jam lagi, semua impianku itu akan menjadi kenyataan!
sebentar lagi aku akan berjalan berdampingan menuju Altar dengan seseorang yang akan menemaniku seumur hidupku.
dengan seseorang yang sudah Tuhan tetapkan untuk menjadi suamiku, menjagaku, menyayangiku, mempercayaiku. seorang pria yang akan selalu kutemui saat aku bangun pagi, dan selalu kurasakan kehadirannya saat aku mulai mengembara ke dalam alam mimpi!
seorang pria yang akan menjadi milikku seutuhnya!

Penata rias bilang kalau tekstur mukaku hari ini bagus.
ya gimana nggak bagus, wong kemarin aku baru aja dari salon, di facial pake masker lumpur, sampe semua bulu-bulu di mukaku ikut kecabut.
duuuhh..., gimana ya kalau nanti bulu-bulunya malah tumbuh tambah lebat??
bisa jadi mirip orang utan deh!!!

Sementara rambutku sedang ditata, calon suamiku datang dengan calon mertua perempuanku untuk dirias. akhirnya aku diumpetin dulu di dalam kamar, dilarang keluar sampe calon pengantin pria selesai dirias dan kembali pulang ke rumahnya. Katanya sih pamali kalau sampai pengantin wanitanya kelihatan sama calon pengantin prianya, soalnya nanti bisa jadi nggak pangling!

Menurut jadwal, jam 10.00 pengantin pria akan datang dengan mobil pengantin untuk menjemput pengantin wanita, jadi dari jam 9.30, aku sudah mengenakan baju pengantin yang dibuat khusus di Mangga dua sesuai petunjuk ahlinya, yaitu mamiku sendiri. warna baju pengantinku broken white, dengan buntut yang tidak terlalu panjang, dan kain transparan melingkari sekitar pinggangku.
aku sangat menyukai model baju pengantinku yang kata orang bagus, sederhana namun tampak elegan, dan tentu saja seksi!
wajahku ditutup dengan kain selubung. Tapi tetap saja orang masih bisa melihat wajahku yang tersembunyi dibaliknya, lah wong kainnya transparan!
semua orang bilang kalau aku adalah pengantin yang sangat cantik, secantik putri di negeri dongeng!
ha ha ha ha, ternyata enak juga ya jadi putri sehari!!

Akhirnya jam 10.30 pengantin pria datang.
dia menyambut aku di depan pintu kamar dan memberikan aku hand bouquet, sementara aku memasangkannya bunga kecil di jas pengantinnya.
Setelah itu kami duduk sambil menyantap misua dan sebutir telur rebus. Yang aku tahu, misua itu sebagai tanda langgengnya pernikahan kami, seperti misua yang bentuknya panjang-panjang. Sedangkan telur menandakan adanya kehidupan baru.

Jam 11.00, kami memasuki mobil pengantin, untuk menuju ke Gereja. Misa pemberkatan akan dilangsungkan pada jam 12.00, di Gereja St. Kristoforus, dipimpin oleh Rm. Purwanto.



Setelah Romo menyambut kami di depan pintu Gereja, dan saksi, yaitu Santo dan Heni, temannya ko Wiria dari Legio Maria, menyerahkan kami kepada Romo, kamipun mulai berjalan beriringan memasuki Gereja, sambil Koor menyanyikan lagu "Wonderful Day". Dimulai Romo yang berjalan paling depan, diikuti putra altar, kemudian pengantin diikuti pengapit, orang tua pengantin pria, dan terakhir orang tua pengantin wanita.
Dan, tibalah kami berdiri di hadapan Altar Tuhan.

"Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus"

"Amin."

dan Misa pemberkatan pernikahan pun dimulai.

Lagu pujian berkumandang dengan begitu syahdu dan megah,
menghantar kami masuk lebih lagi ke dalam hadirat Tuhan.
bersimpuh di Altar-Nya,
menikmati rahmat-Nya yang besar mengalir membasuh hati dan jiwa kami.

Tiada kata terucap mampu menandingi kasih dan kebaikan-Nya,
hanya sembah sujud dan rasa syukur kami haturkan,
di hadapan Bapa yang cinta-Nya tiada terbendung;
di hadapan Sang Raja Kemuliaan yang kesetiaan-Nya kekal abadi.
Di hadapan-Nyalah kini kami bersujud.
Di hadapan Yesus Kristus,
yang oleh kasih-Nya kami dipersatukan. .



Setelah Homili Romo selesai, tibalah giliran kami menyanyi.
aku rasakan kedua lututku bergetar hebat. Untung saja tertutup oleh gaun pengantin yang menjuntai sampai ke lantai. Jadi nggak bakal ada yang tahu kalau pengantin wanitanya sedang gerogi habis-habisan. aku coba menarik napas panjang, tapi tetap saja jantungku berdebar-debar seperti mau disuntik dokter.
kudengar musik mulai memainkan intro, dan...
haaaahhh..., akhirnya aku mampu menyanyi dengan baik dan lancar. begitu pula dengan ko Wiria yang memang dari awalnya sudah terlihat tenang-tenang saja. Dengan percaya diri yang penuh, ko Wiria mampu menunaikan tugas dan kewajibannya menyanyi dengan sempurna!

Bravooo!!!

Kemudian acarapun dilanjutkan dengan pengucapan janji.
semua kata-kata yang harus kuucapkan sudah kuhafal luar kepala, sehingga saat tiba giliranku mengucap janji, aku dapat melakukannya dengan lancar. demikian juga dengan ko Wiria yang suaranya bukan alang kepalang mantapnya. Mungkin orang akan berpikir kalau suami si Rachel itu ternyata tentara!

Memang benar sih...
tapi tentaranya, tentara Allah!!

Begitulah, satu per satu acara Misa pemberkatan terus berlanjut, dan ditutup dengan foto bersama.

Pas keluar dari Gereja, aku tanya ke mami :

"mam, gimana suaraku waktu nyanyi tadi?"

"Hah, kapan kamu nyanyi?"

Gedubrak!!!

"Jadi mami nggak sadar kalau tadi aku nyanyi sama ko Wiria??"

"nggak tuh!..., malah dari tadi mami nungguin kapan kamu nyanyi..., katanya kamu mau nyanyi..., tapi kok ditunggu-tunggu nggak nyanyi-nyanyi!!!"

Yaaahh.., capek deh...!!!

Karena ko Wiria terlambat menyerahkan berkas-berkas untuk catatan sipil, akhirnya acara penandatanganan untuk catatan sipil diundur ke Minggu depannya.

Dari Gereja, kami langsung meneruskan perjalanan ke gedung.
nggak terlalu jauh sih. gedung pernikahan kami masih di Jakarta barat juga. Tepatnya di Gedung Gramedia, Jl. Panjang No : 8a. Kebon Jeruk.

Sesampainya kami di Gedung, aku langsung menjatuhkan diri ke sofa yang berada di ruang tunggu pengantin.
Karena acara Tepai baru dilaksanakan pada jam 16.00, sementara sekarang jam baru menunjukan pukul 15.00, jadi masih ada kesempatan aku untuk istirahat sebentar.
Mataku sudah terasa lelah, karena harus berusaha fokus setiap para fotografer menjepret. Padahal kan bola mataku ini paling susah kalau udah di ajak kompakan!

Tidak lama kemudian, nasi padang datang.
semua keluarga pada makan nasi padang dulu untuk ngisi perut, termasuk aku dan ko Wiria.
Jadi, sampai sekarang kalau ada yang komentar tentang enaknya makanan di pestaku, seperti :

"chocolate fountain-nya enak ya?"



atau

"wah, pastanya enak banget ya??"

aku cuma bisa telan air liur, karena satu pun makanan di pesta tidak sempat aku cicipin, yang aku tahu kalau nasi padangnya lumayan enak!!!
hu-hu-hu, cucian dech gue...

Karena saudara-saudara dari pengantin pria belum lengkap, akhirnya acara Tepai diadakan oleh saudara dari pihak wanita dulu.
Kebetulan pamanku adalah MC, dan sudah terbiasa membawakan acara Tepai, akhirnya dia ditunjuk sebagai MC dadakan buat memandu acara Tepai kami.

Sebenarnya aku sangat ngefans sama pamanku ini, karena selain suaranya yang keren abis, juga cara dia menggiring acara sangat mantap dan tidak monoton, membuat setiap acara yang dia bawakan selalu lebih hidup dan menyenangkan!!

Pertama-tama orang tuaku dipersilakan duduk di kursi yang sudah disediakan, sementara aku dan ko Wiria berdiri di hadapan mereka.
pengapit memberikan aku sebuah nampan kecil dengan dua buah cangkir kecil berisi teh. kami pai kepada kedua orang tuaku, setelah itu ko Wiria mengambil cangkir-cangkir yang berisi teh itu dan memberikannya kepada orang tuaku. Mereka meneguk teh bersama-sama, dan kembali ko Wiria mengambil cangkir-cangkir yang sudah kosong untuk menaruhnya ke atas nampan yang masih kupegang. Oleh pengapit cangkir-cangkir itu diambil untuk diganti dengan cangkir baru yang sudah terisi teh. Sementara orang tuaku memberikan sesuatu kenang-kenangan kepada kami, papi memberikan ko Wiria cincin dan langsung memasangkannya ke jari ko Wiria, sementara mami memakaikan cincin dan gelang ke jari dan lengan kiriku. Setelah itu kami pai lagi kepada mereka.

Begitu seterusnya, dimulai dari saudara yang paling tua, yaitu paman dari mamiku sampai yang paling muda, yaitu kakakku dan isterinya.

Setelah semuanya mendapat giliran, kembali papi dan mami berdiri di kiri kanan ko Wiria. mereka mengambil ang pao yang ada di atas nampan tehku, papi ambil sebagian, dan sebagian lagi diambil oaleh mami. kemudian mereka memasukan angpao-angpao itu ke dalam seluruh saku yang ada di jas dan celana ko Wiria, sambil mengucap doa supaya angpao-angpao tersebut berbuah banyak untuk modal dan bekal hidup kami selanjutnya.


Setelah itu dilanjutkan dengan saudara-saudara dari pihak mempelai pria. caranya sama, hanya yang giliran memberikan teh kali ini adalah aku, sementara ko Wiria bertugas memegang nampan.
Ada yang memberikan kami angpao dan langsung ditaruh di atas nampan yang kami pegang, ada juga yang memberikan kami barang dan langsung memakaikannya ke anggota tubuh kami, seperti kakak iparku memakaikanku gelang pada lengan kananku, dan mertuaku memakaikan aku kalung berbentuk salib.

terakhir ditutup dengan orang tua ko Wiria berdiri di sebelah kiri kanan ko Wiria, dan seperti orang tuaku, mereka juga mengambil angpao-angpao itu untuk dimasukan ke seluruh saku yang berada di jas dan selana ko Wiria sambil didoakan supaya beranak pinak dan bertambah banyak untuk modal dan bekal hidup kami selanjutnya.

Kira-kira jam 18.45, acara tepai dihentikan karena pesta akan dimulai pada jam 19.00.

Tamu undangan sudah banyak yang datang ketika kami memasuki gedung pada jam 19.15.

Setelah keluarga mempelai pria dan keluarga mempelai wanita berjalan beriringan memasuki gedung, barulah giliran kami.
Seharusnya sih, kami masuk setelah para penari selesai menari, dan menyambut kami di depan pintu. Tapi kami malah nyelonong masuk sampai MC mengatakan : "Tahan di situ!"
kami menghentikan langkah di depan wedding bell. Dan setelah para penari selesai menari, barulah kami menarik tali pada wedding bell tersebut, sehingga taburan bunga-bunga kecil berjatuhan.

Sepanjang langkah kami menuju pelaminan, suara petasan terus dibunyikan dan menaburkan bunga-bunga yang menghujani kepala kami. aku benar-benar merasa seperti sedang berjalan di bawah langit bertaburkan bunga-bungaan.

acara kemudian dilanjutkan dengan wedding kiss.

pada hitungan ketiga, ko Wiria pun mencium bibirku lama... sekali!!!
gara-garanya kami kena dikerjain oleh fotografer, yaitu saudaraku sendiri, yang bilang kalau ciuman kami belum selesai. jadilah kami berciuman lagi, sampai aku mendengar mami berteriak-teriak :
"Rachel..., udah..., Rachel..., udah...!!!"

Sementara kami berciuman, kembang api dinyalakan, membuat moment berciuman itu terasa lebih meriah.



aku bilang ke ko Wiria, setelah pesta usai, kalau pas wedding kiss itu sebenarnya kita dikerjain. Tapi ko Wiria malah jawab :

"koko tahu kok! tapi koko memang sengaja lama-lamain..., kapan lagi bisa nyium yayang di depan umum kayak gitu!!"

owallllaaaaaahh....

Acara demi acara terus berlangsung, dari pemotongan kue pengantin, wedding tost, kemudian diselingi kembali oleh para penari, lempar bunga, yang ternyata berhasil didapatkan oleh saudara sendiri, sampai acara terakhir ditutup oleh foto-foto.
Ada sumbangan lagu dari teman-teman tunanetra, seperti Carolina yang menyanyi dengan mantapnya lagu "From This Moment", Salomo dengan lagunya "Let It Be Me", dan anak-anak dari Elsafan, yang tidak terlalu kusimak karena pada waktu mereka menyanyi, aku dan ko Wiria sedang keliling menghampiri tamu-tamu sambil memberikan coklat kepada mereka.



Aku sangat senang sekali karena teman-teman penyandang cacat banyak yang datang, baik di gedung maupun di Gereja.



Tapi aku cukup kecewa dengan teman-teman dari kantorku, karena hanya sedikit yang hadir, padahal kartu undangan paling banyak kudistribusikan untuk teman-teman kantor.
Hanya yang sedikit menghiburku, hadirnya pak Hendrata, mantan direktur Marketing, yang memang paling terkenal baik, dan CEO Mulia Keramik, pak Handono Warih. Ada juga Pak Stefanus, mantan atasanku bersama isterinya yang adalah teman kuliahku. Ibu Wentari, Manager Lab. Ibu Veronica, Manager Purchessing, serta teman-teman dekatku yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk menghadiri pesta pernikahanku.



Tapi, dilihat dari keseluruhan, acara pernikahanku sudah sangat berhasil dan jauh dari mengecewakan. Selain tamu undangan yang banyak hadir, dekorasi yang sangat memuaskan, sampai makanannya pun banyak yang bilang enak.

Hari yang sangat menyenangkan, tapi juga sangat melelahkan, khususnya buat aku!!
Ingin rasanya aku segera menjatuhkan diri ke tempat tidur dan menutup mataku yang rasanya sudah hampir melompat keluar. sering kali aku berandai-andai kalau saja bola mataku ini bisa dicopot dulu untuk diistirahatkan, pasti dari tadi sudah kucopot dan kuletakan di lemari es supaya segar kembali!!!

Selesai sudah...

Sekarang tinggal acara berikutnya, yaitu bulan madu!!

aku dan ko Wiria tidak merencanakan bulan madu ke mana-mana, hanya di apartemen saja, dan itupun sudah lebih dari cukup, karena apartemen kami cukup nyaman dan menyenangkan, walaupun cuma ngontrak selama setahun. hehehe...