Selasa

MENJUAL KEPERAWANAN

Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima . Sang
petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan
pada wanita
itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah langkah wanita itu
yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang agak di pojok.
Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus
dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya
tapi,
wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak ada yang
dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri. Adakah seseorang
yang sedang ditunggunya.
Petugas satpam itu mulai berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita
nakal yang biasa mencari mangsa di hotel ini. Usianya nampak belum terlalu
dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang t engah
beranjak dewasa.
Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati
meja wanita itu dan bertanya:
" Maaf, nona ... Apakah anda sedang menunggu seseorang? "
" Tidak! " Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain.
" Lantas untuk apa anda duduk di sini?"
" Apakah tidak boleh? " Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas
satpam..
" Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang yang
ingin menikmati layanan kami."
" Maksud, bapak? "
" Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini "
" Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang, izinkanlah
saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual "
Kata wanita itu dengan suara lambat.
" Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? "
Petugas satpam itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang
akan dijual. Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa
brosur.
" Ok, lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk
berjualan. Mohon mengerti. "
" Saya ingin menjual diri saya, " Kata wanita itu dengan tegas sambil
menatap dalam-dalam kearah petugas satpam itu.
Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.
" Mari ikut saya, " Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan
tangannya.
Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada secuil senyum
di wajah petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti
petugas satpam itu.
Di koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di
sebelahnya ada telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung
yang ingin menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal
berlangsung.
" Apakah anda serius? "
" Saya serius " Jawab wanita itu tegas.
" Berapa tarif yang anda minta? "
" Setinggi-tingginya. .' '
" Mengapa?" Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu.
" Saya masih perawan "
" Perawan? " Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat. Tapi
wajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari
ini..
Pikirnya
" Bagaimana saya tahu anda masih perawan?"
" Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana
bukan.. Ya kan ..."
" Kalau tidak terbukti? "
" Tidak usah bayar ..."
" Baiklah ..." Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke
kiri dan ke kanan.
" Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli keperawanan
anda. "
" Cobalah. "
" Berapa tarif yang diminta? "
" Setinggi-tingginya. "
" Berapa? "
" Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa? "
" Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya.
"
Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu.
Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah
cerah.
" Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana?
"
" Tidak adakah yang lebih tinggi? "
" Ini termasuk yang tertinggi, " Petugas satpam itu mencoba meyakinkan.
" Saya ingin yang lebih tinggi..."
" Baiklah. Tunggu disini ..." Petugas satpam itu berlalu.
Tak berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri.

" Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana? "

" Tidak adakah yang lebih tinggi? "
" Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda
diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai
perawan
anda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa,
kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel
berbintang untuk semalam dan keesokan paginya anda bisa melupakan semuanya
dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda juga telah berbuat baik
terhadap
saya. Karena saya akan mendapatkan komisi dari transaksi ini dari tamu
hotel. Adilkan. Kita sama-sama butuh ... "
" Saya ingin tawaran tertinggi ... " Jawab wanita itu, tanpa peduli
dengan celoteh petugas satpam itu.
Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.
" Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya.
Tolong kancing baju anda disingkapkan sedikit.
Agar ada sesuatu yang memancing mata orang untuk membeli. " Kata petugas
satpam itu dengan agak kesal.
Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti
langkah petugas satpam itu memasuki lift.
Pintu kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak
berumur tersenyum menatap mereka berdua.
" Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? " Kata petugas satpam
itu dengan sopan.
Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu
...
" Berapa? " Tanya pria itu kepada Wanita itu.
" Setinggi-tingginya " Jawab wanita itu dengan tegas.
" Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? " Kata pria itu
kepada sang petugas satpam.
" Rp.. 6 juta, tuan "
" Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam. "
Wanita itu terdiam.
Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban
bagus dari wanita itu.
" Bagaimana? " tanya pria itu.
"Saya ingin lebih tinggi lagi ..." Kata wanita itu.
Petugas satpam itu tersenyum kecut.
" Bawa pergi wanita ini. " Kata pria itu kepada petugas satpam sambil
menutup pintu kamar dengan keras.
" Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin
menjual? "
" Tentu! "
" Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu ... "
" Saya minta yang lebih tinggi lagi ..."
Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun
tak ingin kesempatan ini hilang.
Dicobanya untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya.
" Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba
mencari penawar yang lainnya. "
Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria
yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya.
Sudah
sekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari
hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon
genggamnya.
" Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah.
Apakah itu tidak cukup? " Terdengar suara pria itu berbicara.
Wajah pria itu nampak masam seketika
" Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu.
Kan sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?! "
Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan
wanita.
Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada kekesalan di wajah
pria itu.
Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: " Pak, apakah
anda butuh wanita ... ??? "
Pria itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan
wajahnya.
" Ada wanita yang duduk disana, " Petugas satpam itu menujuk kearah
wanita tadi.
Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini.
"Dia masih perawan.."
Pria itu mendekati petugas satpam itu.
Wajah mereka hanya berjarak setengah meter. " Benarkah itu? "
" Benar, pak. "
" Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu ... "
" Dengan senang hati. Tapi, pak ...Wanita itu minta harga setinggi
tingginya."
" Saya tidak peduli ... " Pria itu menjawab dengan tegas.
Pria itu menyalami hangat wanita itu.
" Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang
seriuslah ...." Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.
" Mari kita bicara di kamar saja." Kata pria itu sambil menyisipkan uang
kepada petugas satpam itu.
Wanita itu mengikuti pria itu menuju kamarnya.
Di dalam kamar ...
" Beritahu berapa harga yang kamu minta? "
" Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit "
" Maksud kamu? "
" Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk
kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih .... "
" Hanya itu ..."
" Ya ...! "
Pria itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk menjual
kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula menjual
penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung gagah
berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria ini sadar,
bahwa
di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai. Melebihi dari
kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan untuk sebuah
pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanta ini tidak melawan gelombang laut
melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada kepasrahan diatas
keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan selalu bernilai dan
dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara terhormat.
" Siapa nama kamu? "
" Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar ... " Kata
wanita itu
" Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang
pantas ditawar. "
"Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! "
" Ada ! " Kata pria itu seketika.
" Sebutkan! "
" Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu.
Terimalah uang ini.
Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu ke rumah sakit.
Dan sekarang pulanglah ... " Kata pria itu sambil menyerahkan uang dari
dalam tas kerjanya.
" Saya tidak mengerti ..."
" Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya.
Dia menikmati semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih.
Selalu memeras. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta.
Tapi hari ini, saya bisa membeli rasa terima kasih dari seorang wanita
yang gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya.
Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar ..."
" Dan, apakah bapak ikhlas...? "
" Apakah uang itu kurang? "
" Lebih dari cukup, pak ... "
" Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? "
" Silahkan ..."
" Mengapa kamu begitu beraninya ... "
" Siapa bilang saya berani. Saya takut pak ...
Tapi lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu
saya ke rumah sakit dan semuanya gagal.
Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual kehormatan saya maka itu
bukanlah karena dorongan nafsu.
Bukan pula pertimbangan akal saya yang `bodoh` ... Saya hanya bersikap dan
berbuat untuk sebuah keyakinan ... "
" Keyakinan apa? "
" Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah
yang akan menjaga kehormatan kita ... " Wanita itu kemudian melangkah
keluar
kamar.
Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata:
" Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini ... "
" Kesadaran... "
.. . .
Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring
sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.
" Kamu sudah pulang, nak "
" Ya, bu ... "
" Kemana saja kamu, nak ... ???"
" Menjual sesuatu, bu ... "
" Apa yang kamu jual?" Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi wanita
muda itu hanya tersenyum ...
Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah
kehidupan yang serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang
gratis. Semua orang berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang
tak bisa dielakan. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa
perhitungan
....
" Kini saatnya ibu untuk berobat ... "
Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil berkata: " Tuhan telah
membeli yang saya jual... ".
Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan
rumahnya. Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan berkata
kepada supir taksi: " Antar kami kerumah sakit ..."

Jumat

Apa Vampir Benar Ada?

Aku baru aja membaca buku yang berjudul :

"Cirque Du Freak" (Mimpi Buruk Menjadi Kenyataan) Karangan Darren Shan

Di dalam kata pengantarnya dibilang kalo semua kisah yang ditulis dalam buku ini adalah kisah nyata, sungguh-sungguh terjadi, bukan dongeng atau khayalan semata.

Buku ini bercerita tentang seorang anak yang menyaksikan pementasan sirkus orang-orang aneh di kotanya. Para pemainnya memang merupakan orang-orang aneh yang memiliki keunikan khusus, seperti Manusia serigala yang memiliki bulu disekujur tubuhnya, persis seperti serigala. manusia ular, yaitu anak kecil yang memiliki sisik di sekujur badannya, dan memelihara seekor ular besar yang melingkar di tubuhnya. laki-laki tertinggi sedunia, dan masih banyak lagi orang aneh lainnya. Dan Di antara orang-orang aneh itu terdapat si manusia laba-laba, nama laki-laki itu Mr Crepsly. Dia mementaskan seekor laba-laba beracun yang pandai beraksi.
Tapi, ternyata teman darren, namanya Steaf, yang saat itu ikut nonton bareng dia, mengetahui siapa sebenarnya Mr Crepsly. Karena kebetulan Darren dan Steaf memang penggemar film, buku atau komik horor, makanya Steaf terbelalak saat melihat wajah Mr Crepsly.
Setelah selesai pementasan, Steaf menemui Mr Crepsly, sementara Darren disuruh pulang. Tapi Darren bukannya pulang, malah menyelinap untuk melihat apa yang dilakukan Steaf. Ternyata Steaf berhasil menemui Mr Crepsly.
Dan, melalui pembicaraan itu, tahulah Darren bahwa Steaf pernah melihat wajah Mr Crepsly dari salah satu buku horornya yang mengatakan bahwa Mr Crepsly itu adalah Vampir. Steaf meminta Mr Crepsly supaya mengubah dirinya menjadi Vampir, tapi Mr Crepsly menolak. Steaf mencoba lagi dengan memohon agar dijadikan asistennya saja sampai dia cukup umur untuk menjadi vampir, tapi pada saat Mr Crepsly menghisap darah Steaf, dia tidak menyukainya, katanya Steaf itu anak jahat. Dan dia bilang kalo semua cerita-cerita dongeng tentang Vampir itu bohong. Vampir sebenarnya tidak jahat, dan dia benci terhadap anak-anak yang jahat.
Akhirnya Steaf pergi dengan sakit hati karena sudah ditolak, dan dengan ancaman akan menjadi pemburu Vampir.
Sementara itu, Darren menjadi ngeri mengetahui kalo temannya itu ternyata anak yang jahat dan ingin menjadi Vampir.
Karena Darren sangat menyukai laba-laba, akhirnya suatu hari, dia memberanikan diri untuk mencuri laba-laba milik Mr Crepsly, dan dia berhasil.
Tapi ternyata laba-laba itulah yang membawa Darren ke dalam hidup yang bagaikan mimpi buruk.
Laba-laba itu menggigit Steaf dan membuatnya lumpuh. mati nggak, hidup nggak.
Semua dokter nggak bisa memecahkan racun dalam tubuh Steaf. Akhirnya Darren kembali untuk menemui Mr Crepsly yang ternyata sudah menunggunya. Dia memohon agar Mr Crepsly menolong Steaf. Tapi Mr Crepsly meminta imbalan, yaitu Darren harus mau menjadi asistennya, kalau nggak, Steaf akan mati.
Akhirnya Darren menyetujuinya, dan Mr Crepsly mulai menghisap darah Darren dari ujung-ujung jarinya dan mengalirkan darahnya ke dalam tubuh Darren. Dia bilang kalo Darren hanya akan menjadi setengah Vampir, masih bisa terkena sinar matahari, tapi akan memiliki kekuatan khusus.
Pada malam hari, saat mereka pergi ke rumah sakit, tempat Steaf terbaring, dan setelah selesai mengobati Steaf dengan ramuan yang dibawa oleh Mr Crepsly, Darren kabur melewati lorong rumah sakit meninggalkan Mr Crepsly yang hanya tertawa sambil berkata kalo Darren bukan lagi manusia biasa dan dia pasti akan segera mencarinya dan kembali kepadanya.
Setelah kejadian itu, Darren berubah menjadi anak yang super kuat, larinya cepat sekali, dan saat melihat darah temannya yang terluka dia jadi lupa diri dan langsung menyedotnya, sampai dia sadar kalo dia sedang dikelilingi oleh teman-temannya yang menatapnya dengan bingung.
Selain itu, dia juga hampir membunuh adiknya sendiri, tapi keburu sadar saat melihat wajahnya dicermin yang tampak menyeramkan.
Akhirnya Darren memutuskan kalo dia nggak bisa lagi hidup berdekatan dengan keluarga ataupun teman-temannya, karena akan membahayakan mereka.
Dia kembali kepada Mr Crepsly yang memang sudah mengetahui akan kedatangannya.
Supaya keluarga Darren tidak lagi mencarinya, Mr Crepsly memberikan Darren cairan yang harus diminumnya, agar detak jantung dan paru-paru Darren tidak lagi dapat terditeksi karena menjadi sangat lemah, sehingga Darren bisa berpura-pura mati.
Setelah tubuh Darren menjadi kaku, Mr Crepsly mematahkan tulang leher darren dan menjatuhkan Darren dari jendela kamarnya. Melalui tahap itu, keluarga Darren dan para dokter menyatakan kalo Darren sudah mati dan menguburkannya.
Pada malam harinya, Mr Crepsly dateng untuk menggali kuburan Darren dan mengeluarkan Darren dari peti. Tapi ketika Mr Crepsly sedang menutup kembali kuburan itu dengan tanah, Darren pergi untuk melemaskan otot-ototnya yang baru pulih dari kaku. Tiba-tiba sebuah tangan menariknya dan mengancamnya dengan sebuah pancang yang akan menembus jantungnya. Ketika Darren bisa melihat wajah penculiknya, ternyata itu adalah Steaf. Steaf sudah curiga dan mengetahui kalo Darren sekarang adalah seorang Vampir, dan merasa dikhianati, karena seharusnya kan dia yang mau menjadi Vampir, tapi kenapa malah Darren yang merebut impiannya.
Darren sudah menceritakan yang sebenarnya kepada Steaf, kalo dia menjadi seperti ini pun untuk menyelamatkan nyawa Steaf, tapi Steaf tetap tidak percaya, dan dia pergi dengan sebuah ancaman, jika dia sudah besar nanti, dia akan memburu Darren dan membunuhnya.

Buku ini bersambung. Tapi dari kisah ini aja, aku jadi penasaran, apa benar ya Vampir itu nyata?

Orang aneh memang banyak di dunia ini, tapi apa Vampir juga ada?

Aku sih denger kalo buku Darren Shan ini bersambung sampe buku ke-7.
Dan nama Darren Shan sendiri dikatakan bukan nama sebenarnya.

Kalo di kisah Twilight sampai Eclips, Vampirnya kan guanteng abis, tapi di buku ini dibilang kalo wajah Mr Crepsly itu jelek dan ada cacat di pipi kirinya. Baunya juga nggak enak, seperti bau darah.

Rabu

Ferdy, Lu Kenapa Sih???

Ferdy, Lu Kenapa Sih???

Alamaks…, menghilang sekian lama, nggak ada kabar, nggak ada berita, tiba-tiba ngasih kabar yang buat jantungku ampir aja copot!

Emang dari dulu temenku yang satu ini suka aneh-aneh, agak gila, selengean, nggak tau aturan, maen sruduk aje…, pokoknya kira-kira begitulah kesan terbaikku buat Ferdy, cowok kelahiran Jakarta, 6 Juni…, eh, Juni apa Juli ya??, ah, kayaknya Juni deh. Tahun kelahiran…, berapa ya???
kayaknya sih seumur, kalo nggak, beda setahun di atasku deh!

Kita pertama kali ketemu pas mau pergi pelayanan. Waktu itu dia masih jadi cowok yang super alim, keluaran Sekolah Tinggi Teologia Malang, tapi keburu lepas, sebelum hansip sekolah berhasil menangkapnya, sampe gelar sarjana juga kelupaan dia sandang! Hehehe...

Tapi walau bagaimana pun motif dan corak Ferdy, dia tetap teman terbaik yang pernah aku kenal.
Kapan pun dan di mana pun, dia selalu siap sedia dimintain pertolongan. Seperti minta tolong anterin ke sana, anterin ke sini, bacain ini, ketikin itu, malah pernah kita kehujanan di motor berduaan sampe basah kuyub, dan dengan lugu dan manisnya, bukannya aku tawarin handuk atau apalah yang bisa mengeringkan badan, malah aku tawarin bedak tabor!
Makanya kalo lagi hujan turun dan dia kehujanan, dengan cepat dan sopan, sebelum aku mengatakan sepatah katapun, dia langsung aja nyamber :

“Tenang Hel, gue ga butuh bedak tabor kok!”

Kita juga pernah jatuh dari motor, sehabis pulang nganterin aku ngerjain skripsi di rumah temen. Dia berusaha tahan body motor buat ngelindungin aku, alhasil, lukanya lumayan parah dibanding lukaku.
Kita juga pernah dapetin hadiah uang satu juta dari candid Camera yang diadain oleh Mc Donald. Waktu itu, kita lagi mau makan siang di kampusku, Atmajaya. Ferdy langsung memesan hamburger buatku dan orange juice, tapi mbak pelayannya malah ngasih Ferdy hamburger Cuma setengah, dan disuruh makan di situ juga. Di sodorin hamburger, aku yang nggak ngeh kalo lagi dikerjain, dengan santainya langsung aja makan, tapi sebelumnya aku minta hamburgernya dikasih sambel dulu. Setelah itu mbaknya ngasih Ferdy gelas yang sudah ditutup. Ferdy bilang kalo gelas itu kosong, nggak ada isinya, soalnya ringan banget. Tapi mbaknya ngotot suruh Ferdy buka dulu tutupnya.
Akhirnya dengan malas Ferdy membuka tutupnya, dan ternyata di dalamnya udah di taruh uang satu juta rupiah. Semua pada teriak, termasuk Ferdy, Cuma aku sendiri yang masih asyik ngunyah hamburger sambil berdiri dibalik mesin kasir. Belum ngeh juga apa yang sedang terjadi. Sampe Ferdy memberitahuku kalo kita dapet uang satu juta!
Uang itu kita bagi dua, Ferdy dapet lima ratus, dan aku juga lima ratus. Setelah itu kita langsung jalan-jalan ke Taman Angrek. Ferdy ngeborong baju dan celana.

Dia juga pernah bantuin aku ngetik skripsi sambil tidur. Bayangin, ngetik sambil tidur!!
Sampe nulis kata ‘kami’ aja ‘I’ nya puanjang banget!
Hehehehehe….
Banyak deh pengalaman yang nggak terlupakan bersama Ferdy. Sampe aku punya pacar pun, kita tetep berteman baik.
Kalo aku lagi nggak ada yang bisa jemput pas pulang kantor, dengan senang hati dia akan nungguin di Halte Citraland sampe Bisku dateng.

Suatu hari dia dapet kerjaan di Cirebon, dan kami tetap keep in touch. Malah kadang-kadang, pas aku lagi kepikiran sama dia atau lagi ada masalah, tiba-tiba aja dia telepon aku.

Finally, karena dia tuh orangnya sering ganti-ganti nomer HP, aku kehilangan kontak, nggak tahu ke mana harus hubungin dia, nomer rumahnya aja aku lupa. Padahal aku udah mau married dan mau kasih undangan ke dia.
Eh…, tiba-tiba aja dia telepon aku.
Dia bilang kalo dia nggak butuh kartu undangan, dia janji bakal dateng.
Tapi sambil bercanda dia juga bilang :

„Kutunggu jandamu!”

Memang kurangazar banget sih. Tapi itulah Ferdy. Kalo nggak gila kayak gitu, bukan Ferdy namanya! Hehehe…

Aku langsung minta nomer Esianya, yang aku ketik di antara sela-sela kalimat pada novel yang lagi kubaca di Laptopku.

Setelah itu, dia nggak pernah lagi menghubungiku.
Janjinya mau dating ke pernikahanku pun nggak dia tepati.
Aku coba cari lagi nomer Esia yang masih kusimpen di sela-sela Novel itu, tapi aku lupa ada di Novel yang mana, di halaman berapa, dan di selipin di baris yang mana. Udah aku ubek-ubek sampe jari-jariku keriting, tapi nggak juga ketemu.
Nyesel juga sih, kenapa waktu itu aku nggak langsung simpen di Phone book aja.
Aku juga coba inget-inget nomer rumahnya, sambil coba menghubungi nomer yang aku kira bener, tapi semuanya salah sambung.
Aku Tanya ke teman-teman yang kenal Ferdi, tapi mereka juga nggak tahu lagi nomer HP atau rumahnya.
Aku bilang sama mereka kalo aku merasa kuatir banget, karena nggak biasanya Ferdy melupakan janjinya, apalagi janji untuk menghadiri pernikahanku. Dipikiranku udah terlintas yang nggak-nggak, aku kuatir dia mengalami kecelakaan atau apalah…
Sampe-sampe terbawa mimpi. Di dalam mimpiku, aku berhasil menghubungi rumahnya, dan maminya bilang kalo Ferdy sudah meninggal karena kecelakaan motor.

Suamiku berusaha menenangkanku dengan bilang kalo orang kayak Ferdy itu nggak bakal kenapa-napa. Dan seorang teman pendeta yang dulu sempat di dampingi Ferdy juga bilang kalo Ferdy bakal baik baik aja, mungkin dia cuma patah hati karena ditinggalin aku married.

Dan kemarin, pas lagi di kantor, aku coba lagi pencet nomer telepon rumahnya Ferdy. Biasanya aku pake kepala 7, tapi sekarang aku ganti jadi kepala 4. Jari telunjukku udah siap-siap berada di atas tombol off, biar bisa langsung dimatiin kalo suara penerimanya terdengar asing, soalnya aku udah lumayan kenal dengan suara keluarganya ferdy.
Tapi waktu ada yang angkat, telunjukku malah jadi kaku, dan rasanya aku enggan langsung menutup telepon, padahal suara penerimanya bukan salah seorang dari keluarga Ferdy.

Dengan agak ragu-ragu aku bertanya :

„Apa ini bener rumahnya Ferdy?”

“Dari siapa ya?”

“Rachel!... apa bener ini rumahnya Ferdy?”

“betul!”

Rasanya aku masih belum bisa percaya.

„Ferdy... yang adiknya namanya Shella?”

“Bobby!”

“Ya betul, bobby dan Shella?”

“Betul!”

“Ferdynya ada?”

Rasanya untuk mendengar jawabannya aku sampe kelupaan bernapas, soalnya aku masih kebayang kabar yang ada di mimpiku.

“Nggak ada!”

Fiuuuuuhhhh…., bukannya jawaban itu berarti Ferdy masih hidup????

“Bisa minta nomer HP-nya?”

„Wah saya nggak tahu, soalnya saya baru sih di sini!”

O..., ternyata ini pembantu baru Ferdy toh...

„Ada mami atau papi atau Shellanya?”

„Lagi tidur..., nanti sorean aja telepon lagi!”

“”O ya, makasih!”

Hah, rasanya aku lumayan lega, senggaknya Ferdy masih hidup!
Sorenya sebelum pulang kantor aku coba telepon lagi, dan yang angkat orangnya masih sama. Dia bilang kalo mami dan papinya Ferdy udah pergi. Terus dia bilang sesuatu yang bikin mataku langsung terbelalak kayak ikan mas koki.

„Ferdy kan udah nikah!”

„Apa?...nikah?... sama siapa??”

„Katanya sih sama orang China Cirebon... saya juga cuma dikasih tahu sebulan yang lalu katanya ibu mau pergi ke Cirebon buat nikahin anaknya di sana!”

Gubrak!!!

Ferdy..., lu tuh sinting apa gila???

Sama sekali dia nggak pernah bilang kalo dia udah punya pacar di Cirebon. Emang sih dia sempat pacaran sama yang namanya Rachel juga, tapi orang Jakarta, dan dia bilang kalo dia udah putus!

What’s wrong???
Kenapa lu nggak undang-undang gue?
Dan kenapa pula lu pake acara nggak dateng ke pesta pernikahan gue?????

Whatever it is, gue tetep mau ngomong sama lu!!

Tadi, seabis makan siang, aku coba menghubungi rumahnya lagi. Dan kali ini papinya sendiri yang angkat.
Tapi, papinya bilang kalo mereka sedang marahan sama Ferdy, dan semua nomer telepon Ferdy sudah mereka hapus, bahkan kelihatannya mereka sudah nggak mau lagi berhubungan dengan Ferdy maupun teman-temannya.

Please deh Fer..., sebenernya ada apa sih??
Sekarang harapan gue satu-satunya, moga aja lu baca tulisan gue ini, dan buruan hubungin gue!!!

Apapun yang terjadi sama lu, lu tetep teman terbaik gue!

Masa gue sampe harus manggil tim termehek-mehek buat bantu cariin lu sih??