Kamis

Natal Bersama Omah Dan Opah

Akhirnya hari Natal datang juga!!

Hari ini aku dan ko Wiria pergi ke Misa Natal Lansia. Banyak sekali omah-omah dan opah-opah yang menghadiri Misa tersebut.
Selesai Misa, mereka digiring
ke aula untuk mengikuti acara selanjutnya, yaitu makan siang, sambil dihibur oleh penampilan Dorce jadi-jadian.
Hehehe..., maksudnya gaya and penampilannya
aja yang mirip Dorce, padahal namanya sih bukan Dorce. Nggak tau siapa, abis ga sempet kenalan sih.
Dia menghibur para Lansia dengan lagu-lagu tahun 60-an.
Asli, suaranya muantep abis!
Kadang-kadang dia nyanyi dengan dua suara, cowok sama cewek. Buat aku yang nggak bisa lihat, bener-bener ngerasa kalo lagu itu dinyanyikan oleh dua orang.
Pokoknya yahut banget deh!
Omah sama opahnya juga sangat menikmati, bahkan ada yang sampai ikut nyanyi sambil joget.
Aku waktu itu cuma memperhatikan dari belakang, soalnya aku ke situ pun buat temenin ko Wiria yang sibuk mondar-mandir buat bantuin apa aja yang perlu
dibantu.
Tadinya aku duduk di kursi deket meja penerima tamu.
Hmmm, bukan..., lebih tepatnya, meja yang penuh sama bingkisan Natal. Tapi, lama-lama aku jadi ngerasa nggak enak sendiri, soalnya Lansianya makin banyak yang dateng, sementara kursinya kurang. Aku berusaha cari denger di mana suara ko Wiria, buat minta supaya aku dibawa ke tempat yang lebih aman dan ..., tentu aja, tempat yang lebih sopan...
Aku kan nggak mau kalo sampe dibilang anak muda yang nggak sopan, karena dengan tak tahu diri sudah menduduki kursi yang memang seharusnya diperuntukan
bagi para Lansia. Akhirnya, karena suara ko Wiria nggak juga kedengeran, aku memberanikan diri beranjak selangkah demi selangkah mundur kebelakang sampai
punggungku menyentuh tembok . Rasanya tembok menjadi sahabat yang menyelamatkanku dari hiruk pikuk dan, yang paling penting, dari ancaman orang yang akan
mengataiku, "tidak tahu pri kesopanan!"
Tapi, walau kakiku lumayan pegel berdiri terus, aku merasa senang dan sangat terkesan dengan para anak muda di situ yang dengan semangat dan tulus mendampingi
para Lansia. Mereka benar-benar anak muda yang memiliki hati seorang pelayan.

Pulangnya, kami kebagian sekotak nasi karena masih ada stok lebih. Ditengah perjalanan menuju Bakmi Singapur buat makan siang, ko Wiria bertemu dengan
tukang sapu jalanan, dan memberikan kotak nasi itu kepada bapak tersebut.
Abis makan siang, aku mengajak ko Wiria mampir ke Mall Ciputra, karena aku kepengen beli baju. Setelah putar-putar, keluar masuk toko baju, dan meraba
sana-sini, aku mendapatkan dua baju dan ko Wiria satu kaos.
Nggak terasa hari udah sore, padahal rencana kami masih dua lagi, kunjungan ke rumah Omah Farma yang sedang sakit, sama ke rumah mamanya ko Wiria buat
ngucapin selamat Natal.
Tapi, ternyata kami cuma bisa mampir ke rumah Omah Farma aja, karena pas mau pulang, sehabis ngobrol panjang lebar dengan kedua Omah kakak beradik tersebut,
hujan turun, dan membuat kami berdua cukup kebasahan di atas motor.

Ini pengalaman baru buatku. Merayakan Natal bersama Omah dan Opah.
Ada satu kalimat yang berkesan dari Romo :
"Omah dan Opah harus bersyukur karena sudah Tuhan berikan usia lanjut, karena belum tentu orang lain, atau anak cucu kita bisa merasakan seperti itu. Hidup
sampai usia lanjut!!"

Aku dan ko Wiria sendiri sudah mengikuti Misa Natal kemarin malam. Misa dimulai jam 8.30. Tapi dari jam 7.00, umat sudah banyak yang dateng. Dan, karena
kami datang tepat waktu, alias jam 8.30 teng, akhirnya kami kebagian duduk di luar. Kepanasan dan berisik!

Lain kali, kita datengnya 3 jam sebelumnya aja deh!!!


Gubrak!!!!!!!

Jumat

Sarapan "Cumi"

Kemarin aku goreng cumi, gosong abis!!

Abis tadinya kukira kalo bunyi letupan minyaknya agak mereda, berarti cuminya udah matang dan bisa diangkat. eh ternyata..., keburu gosong!!

Alhasil..., batal deh sarapan pake cumi.
Yang ada, jadi CUMI, alias, CUMA MINGKEM!!!
Hehehehe....

What You Believe Is What You Get

Kisah yang sangat bagus, dapat menjadi bahan perenungan kita bersama. Khususnya buat teman-teman penyandang cacat yang berpikir kalau kecacatan adalah akhir segalanya, bahwa keterbatasan kita adalah suatu penghalang terbesar untuk melangkah menuju keberhasilan!

Nick adalah seorang yang besar, kuat dan keras, yang bekerja
di suatu langsiran kereta api selama bertahun-tahun. Ia
adalah salah seorang pegawai terbaik perusahaannya - selalu
tiba tepat waktu, dapat diandalkan, pekerja keras yang dapat
menyesuaikan diri dengan para pegawai lainnya.

Tetapi Nick mempunyai satu masalah besar. Sikapnya
terus-menerus negatif. Ia dikenal di sekitar langsiran
kereta api itu sebagai orang yang paling pesimis di tempat
kerja. Ia selalu takut pada hal yang terburuk dan
terus-menerus khawatir, takut bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi.

Suatu hari musim panas, para pegawai diberitahukan bahwa
mereka dapat pulang satu jam lebih awal untuk merayakan
ulang tahun mandor mereka. Semua pekerja pergi, tetapi entah
bagaimana, Nick secara kebetulan terkunci dalam sebuah mo
bil boks pendingin yang telah dibawa ke langsirang kereta
api itu untuk diperbaiki. Mobil boks itu kosong dan tidak
terhubung dengan satu kereta pun.

Saat Nick menyadari bahwa ia terkunci di dalam mobil boks
pendingin itu, ia panik. Nick mulai memukuli pintu-pintu
begitu kerasnya sehingga lengan dan tinjunya berdarah. Ia
menjerit dan menjerit, tetapi para rekan kerjanya telah
pulang ke rumah untuk bersiap ke pesta itu. Tak seorang pun
dapat mendengar panggilan minta tolong Nick yang putus asa.
Lagi dan lagi ia memanggil, sampai suaranya menjadi suatu
bisikan serak.

Karena sadar bahwa ia ada dalam mobil boks, Nick mengira
bahwa suhu dalam mobil itu jauh di bawah titik beku, mungkin
serendah lima atau sepuluh derajat Fahrenheit. Nick takut
pada hal terburuk. Ia mengira, Apakah yang akan kulakukan?
Jika aku tidak keluar dari sini, aku akan membeku sampai
mati! Aku tidak bisa tinggal di sini sepanjang malam.
Semakin ia memikirkan keadaan-keadaannya, semakin dingin
rasa tubuhnya. Dengan pintu tertutup rapat, dan tak ada
jalan keluar yang tampak, ia duduk menunggu kematiannya yang
tak terhindari dengan mati membeku atau kekurangan udara,
yang mana yang datang lebih dahulu.

Waktu berlalu, ia memutuskan untuk mencatat tentang
kematiannya. Ia menemukan sebatang pena dalam saku kemejanya
dan melihat selembar karton tua bekas di sudut mobil itu.
Sambil gemetar hampir tak terkendalikan, ia menulis
cepat-cepat sebuah pesan untuk keluarganya. Di dalamnya Nick
mencatat kemungkinan- kemungkinannya yang menakutkan:
"Semakin kedingingan. Tubuh mati rasa. Jika aku tidak segera
keluar, ini mungkin akan menjadi kata-kata terakhirku."

Dan memang demikian...

Pagi berikutnya, saat para pegawai datang bekerja, mereka
membuka mobil boks itu dan menemukan tubuh Nick rubuh di
sudut. Saat otopsi diselesaikan, ternyata Nick memang
membeku sampai mati.

Nah, sekarang adalah teka-teki yang menarik: para
investigator menemukan bahwa unit pendingin bagi mobil di
mana Nick telah terjebak itu bahkan tidak menyala! Nyatanya,
mobil itu sudah rusak untuk beberapa waktu dan tidak
berfungsi pada saat Nick mati. Suhu dalam mobil tersebut
malam itu -malam Nick membeku sampai mati- adalah enam puluh
satu derajat Fahrenheit! Nick membeku sampai mati dalam suhu
yang sedikit kurang dari suhu ruangan normal karena ia
percaya bahwa ia ada dalam sebuah mobil boks yang membeku.
Ia mengharapkan untuk mati! Ia yakin bahwa ia tidak
mempunyai kesempatan sedikit pun. Ia mengharapkan yang
terburuk terjadi pada dirinya. Ia melihat dirinya sendiri
ditakdirkan tidak dapat lolos. Ia kalah dalam peperangan
dalam pikirannya sendiri!

Bagi Nick, hal yang ia takutkan dan harapkan terjadi,
terwujud juga. Pepatah lama "Kehidupan adalah suatu nubuatan
yang dipenuhi sendiri" memang benar baginya. Itu biasanya
terjadi dalam kehidupan anda juga. Banyak orang pada masa
kini sama dengan Nick. Mereka selalu mengharapkan yang
terburuk. Mereka mengharapkan kekalahan. Mereka mengharapkan
kegagalan. Mereka mengharapkan keadaan biasa-biasa saja.
Dan, mereka biasanya mendapatkan apa yang mereka harapkan;
mereka menjadi apa yang mereka percayai.

Tetapi anda dapat mempercayai hal-hal baik. Saat anda
menghadapi masa sukar, jangan berharap untuk tetap tinggal
di sana. Harapkanlah untuk keluar dari masalah itu.
Harapkanlah Tuhan untuk secara ajaib mengubahnya.

Saat bisnis menjadi sedikit sepi, jangan harapkan untuk
bangkrut; jangan membuat rencana-rencana untuk gagal.
Berdoalah dan harapkanlah Tuhan untuk mendatangkan para
pelanggan kepada anda.

Jika anda mengalami kesukaran-kesukaran dalam pernikahan
anda, jangan hanya menyerah dalam frustasi dan berkata, "Aku
seharusnya tahu bahwa pernikahan ini memang ditakdirkan
untuk gagal sejak semula."

Tidak! Jika anda sedang melakukannya, berarti anda sedang
menanggapi dengan cara Nick. Pengharapan anda yang lemah
akan menghancurkan pernikahan anda; cara berpikir anda yang
salah akan menjatuhkan anda. Anda harus mengubah cara
berpikir anda. Ubahlah yang anda harapkan. Berhentilah
mengharapkan untuk gagal. Mulailah mempercayai bahwa anda
akan berhasil!

Bahkan jika fondasi hidup anda runtuh, sikap anda seharusnya
adalah: "Tuhan, aku tahu bahwa Engkau akan mengubah ini dan
menggunakannya untuk kebaikanku. Tuhan, aku percaya, bahwa
Engkau akan membawaku keluar lebih kuat dibanding
sebelumnya..."

Quoted from "Your Best Life" Now by Joel Osteen

Jika A sama dengan sukses dalam hidup, maka A sama dengan X
ditambah Y, ditambah Z. X sama dengan work hard, Y sama
dengan play hard, dan Z sama dengan shaddap.
Albert Einstein