"Sorry..." Tiba-tiba saja ada seoorang ibu yang menyapa suamiku, " boleh tau, nama kamu siapa ya?"
Wah, ditanya kayak gitu, aku dan suamiku jadi ragu-ragu, jangan-jangan orang yang mau nawarin asuransi atau semacam produk MLM lainnya nih. Saat itu aku dan suamiku sedang belanja keperluan sehari-hari di Indo mart dekat rumah.
"Saya Wiria!" jawab suamiku agak terkesan protektif.
"Kalau dia ini?" tanya si ibu sambil menunjuk ke arahku.
"O, kalau dia Rachel!"
Mendengar namaku disebut, aku jadi semakin bingung. Mau apa sih nih ibu?
"Halo Rachel..." sapa ibu tersebut. Aku hanya tersenyum.
"masih kenal nggak sama saya? saya pernah ketemu kamu di persekutuan doa di Laurensius. Waktu itu kamu memberikan kesaksian kamu..."
"Memangnya ini siapa?" tanyaku balik.
"Aku Novita... inget nggak?"
"O..., Ci Novita toh... tentu saja aku masih inget!" Jawabku lega. Ya ampuuunn..., kenapa nggak ngomong dari tadi..., pikirku, kenapa harus pakai acara tanya-tanya nama segala, jadi bikin orang kebingungan, kayak lagi kena tangkep polisi aja. hehehe...
"Wah, ini bener-bener kebetulan lho..." kata Ci Novita, "dari kemarin aku nyari-nyari kamu. Nomor telepon kamu nggak ketemu... eh, taunya kita malah ketemu di sini... bener-bener kebetulan sekali!"
Sebenarnya ketika aku mengetahui orang yang berdiri di hadapanku ini ci Novita, aku langsung bisa mengira kalau ci Novita mencariku pasti mau membicarakan tentang acara para businessment itu. Sepulang aku dari kesaksian di PD Laurensius, ci Novita pernah bilang sama aku kalau dia mau undang aku ke acara KBC (aku lupa singkatannya. Yang aku ingat dua huruf di depannya itu berarti "Kingdom Business" tapi "C" di belakangnya aku lupa!) Pokoknya semacam acara perkumpulan para businessment gitu deh, untuk memberikan kesaksianku juga di sana. Waktu itu ci Novita belum memberitahukan tanggalnya, dia hanya menyebutkan kalau acara itu akan diadakan pada bulan Juni.
"Iya, aku mau undang kamu ke KBC itu lho..."
"O..., yang cici pernah bilang waktu itu ya?"
"Ya! acaranya tanggal 27 Juni ini. Kamu bisa kan?"
"Bisa ci... oh ya, boleh aku ajak Deasy?"
"Wah, dengan senang hati! aku kenal Deasy kok... Bilang saja sama Deasy kalau dia diundang ci Novita... pasti dia tau cici!"
"Ya, Deasy juga bilang begitu... Senggaknya Deasy juga kan sekarang sudah kerja, dan dia bisa kasih kesaksiannya sendiri. Jadi contoh nyatanya bukan cuma dari aku saja, tapi juga ada contoh nyata lainnya. Biar mereka bisa lebih yakin kalau tunanetra seperti kami ini juga bisa kerja!"
"Ya, betul! Kebetulan kita mau membahas tentang memaksimalkan potensi dan karakter... supaya mereka itu bisa paham kalau melayani itu bukan hanya di Gereja atau di lingkungan sosial. Tapi bekerja juga merupakan pelayanan!" "
"Ok, kalau begitu ci... Jam berapa acaranya?"
"Acaranya sih dari pagi sampe sore, tapi nanti cici kabari kamu lagi deh tepatnya jam berapa giliran kamu berbicara... boleh cici minta nomor HP kamu?"
Aku pun segera memberikan nomor HP-ku kepada ci Novita. Setelah itu kami pun berpisah.
Minggu, 27 Juni 2010
Aku sudah janjian sama Deasy untuk menjemputnya di Kos-kosannya di Karet. Aku dan suamiku sudah jalan dari rumah jam 7 pagi, sementara acara baru mulai jam 9.00 pagi di Hotel Ochard, Gunung Sahari. Tapi sesampainya kami di Sarina, suamiku baru ingat kalau hari Minggu adalah Car Free Day. Jadi kami tidak bisa masuk ke jalan Tamrin. Akhirnya aku menyuruh Deasy untuk naik ojek langganannya saja, langsung ketemuan di Hotel Ochard.
Jam 8.30, kami bertiga pun bertemu ci Novita di lantai 10. Di situ sudah hadir banyak sekali orang dari berbagai perusahaan, salah satunya dari Libra Cake.
Kami dipertemukan dengan pembicara utamanya, pak Julian Fu. Aku diberi penjelasan tentang tema dari seminar tersebut dan apa saja point-pointnya.
"Nanti pada point tertentu yang cocok dengan kesaksian kamu, saya akan langsung panggil kamu untuk menyampaikan kesaksian kamu!" kata pak Julian kepadaku.
"Baik pak!" jawabku singkat.
Kami diberi tiga buah bangku tersendiri yang berada di samping panggung.
Acara dimulai dengan sebuah film yang membuat para peserta pada tertawa terpingkal-pingkal. Aku bertanya kepada suamiku yang duduk di sebelahku tentang film tersebut. Tapi suamiku juga tidak dapat melihatnya karena kami duduk di samping.
Setelah itu, acara pun dilanjutkan dengan ice breaking, dan setelah permainan usai. Pak Julian pun naik ke panggung untuk memberikan ceraamahnya.
Cara pak Julian membawakan seminar sungguh luar biasa, sangat variatif, dan tidak monoton. Sehingga membuat kami yang mendengarkan jadi semangat dan tidak menjadi bosan.
Waktu kami istirahat untuk snack, aku dan Deasy mampir ke WC dulu, dan antrinya lama buanget. Pas keluar, ternyata makanan sudah ludes sama sekali. Kami cuma kedapetan teh atau kopi. hiks hiks hiks hiks... Padahal perut kami sudah keroncongan, belum sempat sarapan.
Pada sesi kedua, sebelum makan siang. Akhirnya pak Julian memanggilku. Aku naik ke panggung. Agak gerogi juga sih... Tapi aku berusaha bicara setenang mungkin, walau pun tanganku yang memegang mic masih juga terasa gemetaran. Aku menceritakan kisah hidupku dari sejak SD, SMP, SMU sampai kuliah dan akhirnya mendapatkan pekerjaan dengan cara yang ajaib.
Kadang aku selingi dengan cerita-cerita lucu yang pernah aku alami. Seperti waktu di kantor, waktu aku masih jadi Resepsionis, aku pernah mengira kalau tamu yang datang itu adalah temanku yang suka berpura-pura menjadi tamu untuk mengelabuiku. Di situ aku bercerita kalau pada saat tamu itu menyapaku dengan mengatakan:
"Selamat sore, Mbak!"
Aku malah menjawabnya dengan menyenandungkan lagunya Evi Tamala yang "Selamat malam duhai kekasih..." Tapi aku ganti kata-katanya jadi: "Selamat sore duhai sahabat...".
Mendengar itu, semua peserta jadi tertawa.
Aku sengaja hanya menceritakan masa-masa sekolahku sampai kuliah secara sekilas saja. Hanya yang penting-pentingnya saja. Aku lebih banyak menceritakan pengalamanku bekerja.
Selesai aku bersaksi, pak Julian memanggil Deasy.
Deasy memulai kesaksiannya dengan berkata:
"Aduh deug-deugan nih... soalnya ini adalah pertama kalinya saya berbicara seperti ini di depan umum..."
Tapi ternyata, dengan caranya yang polos, Deasy malah bisa bercerita dengan lancar dan dengan caranya yang spontan itu, malah bisa membuat peserta tertawa dan suasanapun jadi lebih santai.
Salut buat temanku, Deasy!
Setelah selesai bersaksi, dan masuk ke acara makan siang. Kami langsung dikerumuni oleh para peserta seminar, dari para stafnya sampai para atasannya. Mereka berfoto bersama kami. Hehehe..., jadi kayak artis saja...!!
Aku sempat ngobrol dengan pak Julian mengenai peluang bagi teman-teman tunanetra yang lain untuk bekerja. Dia berjanji akan membantuku untuk mencarikan pekerjaan bagi teman-temanku yang lain. Dia meminta aku untuk memberikan daftar nama-nama teman-teman tunanetra yang sudah siap bekerja dengan skill yang mereka miliki.
Terima kasih ya, pak Julian buat perhatiannya!
Mudah-mudahan kesempatan baik ini tidak terbuang sia-sia. Mudah-mudahan dengan bantuan Pak Julian, teman-teman tunanetra yang lain bisa mendapatkan kesempatan juga untuk bekerja seperti aku dan Deasy.
Thanks juga ya buat ci Novita yang sudah memberikan kesempatan kepada kami untuk bersaksi... Kiranya Tuhan memberkati cici dan keluarga!