Dari hari Kamis malam, Glyn diantar orang tuaku untuk tinggal dengan kami di Jakarta, karena mereka pergi ke Australia selama 10 hari. Bisa dibilang ini merupakan masa percobaan sebelum Glyn benar-benar pindah ke rumahnya di Alam Sutera.
Aku langsung mengajukan cuti dari hari Jum'at sampai Senin untuk menemani Glyn. Sebenarnya aku ingin cuti lebih panjang, tapi aku masih punya tugas kantor yang tidak bisa ditinggalkan.
Kemarin, Senin, 4 April 2011, aku, Glyn, suamiku dan suster Glyn pergi ke bonbin Ragunan. Kami juga mengajak Kaydee dan mamanya.
Aku benar-benar senang melihat anakku begitu gembira. Walau aku sendiri tak bisa melihat apa pun, tapi mendengar suara ketawa anakku saja sudah membuatku seperti melihat seluruh dunia ini dengan segala keindahannya.
Glyn selalu minta diturunkan dari gendongan, dia lebih senang berjalan sendiri, sampai-sampai sebelah lututnya terluka karena jatuh. Tapi sedikit pun dia tidak menangis.
Ketika perjalanan pulang di dalam mobil, temanku menelepon dan bertanya kepada Glyn : "Glyn tadi lihat apa?"
Glyn menjawab : "awowo!" (artinya orang utan, karena suaranya auwo uwoooo!)
Ternyata kekuatiranku selama ini hanyalah sia-sia belaka. Dulu aku kuatir Glyn akan rewel kalau ditinggal Grandma dan Grandpa-nya, tapi semenjak dia tidur denganku, Glyn selalu bersikap manis. Hanya waktu hari Sabtu saja dia tidur agak rewel karena flu. Setelah kuberi obat, Glyn bobo dengan sangat manis. Tidak pernah bangun kalau tengah malam, apalagi sampai menangis. Paling-paling kalau dia bangun tengah malam, dia hanya melihat ke wajahku, mungkin memastikan ini wajah siapa, dan setelah mengenali wajah orang yang tidur di sebelahnya, dia pun akan memanggil : "Mama?"
"Iya, sayang?" jawabku.
Lalu Glyn pun akan kembali tidur sambil jari-jarinya memainkan rambutku.
Aku benar-benar menyesal setengah mati ketika Minggu lalu aku memukul tangan Glyn. Awalnya Glyn selalu mengabaikan panggilanku, dan ketika aku mendekatinya, tiba-tiba saja Glyn memukul kepalaku. Aku memang sedang sedih melihat sikap Glyn yang super cuwek, ditambah lagi Glyn memukul kepalaku, akhirnya aku membentak Glyn, dan memukul tangannya. Glyn menangis. Mamiku langsung datang dan menegurku. Aku mengeluh akan sikap Glyn yang seperti tidak lagi menganggapku. Mami pun marah besar kepadaku. Rasanya hatiku seperti dirobek-robek, aku benar-benar sedih bukan main, seperti mau mati saja rasanya! Suamiku datang menghiburku, tapi perasaanku tetap saja tak karuan. Akhirnya aku menghampiri mami untuk meminta maaf. Mami terus menasihatiku, agar aku tidak terlalu terbawa perasaan, Glyn masih terlalu kecil, baru satu setengah tahun, tidak seharusnya aku menuntut terlalu banyak darinya.
'Oh Tuhan,,, bantu aku supaya mampu menjadi seorang ibu yang baik buat Glyn...!!'
Glyn sangat menyukai film Pororo. Setiap mau tidur, dia selalu minta "Oyoyo... Oyoyo!", dan dia akan nonton sambil tidur-tiduran, mencoba berbagai posisi yang enak, dari tidur miring, tengkurap, terlentang, semua posisi menurut arah jam pun sudah dia putari, sampai akhirnya terlelap sendiri.
Karena Glyn memang anaknya suka iseng sama cicinya (Paris), makanya dia mendapat julukan si Krong.
Misalnya saja waktu cicinya sakit gigi dan lagi tenang nonton Dora, tiba-tiba saja Glyn datang dan memencet sebuah tombol di DVD player, gambar Dora pun langsung berubah menjadi gambar Winnie the Pooh. Paris yang memang lagi sakit gigi akhirnya menangis meraung-raung sampai muntah, tak mau mengerti mengapa Doranya tiba-tiba saja menghilang dan berubah menjadi Winny the Pooh. Sementara Glyn dengan asyiknya duduk santai sambil nonton Winnie the Pooh!
Kadang-kadang juga kalau cicinya lagi serius nonton, tiba-tiba Glyn datang dan langsung duduk dipangkuan cicinya, padahal badan cicinya lebih kecil dari pada badan Glyn. Glyn lebih muda tiga bulan dari Paris, tapi badan Glyn lebih besar dari Paris. Glyn sekitar 12 kg, sementara Paris mungkin hanya 10 kg. Paris memang anaknya kalem, lain dengan Glyn yang suka iseng. Makanya cocoklah kalau Glyn mendapat julukan si Krong, sementara Paris, si Pororonya.
Suatu kali Glyn mengambil Salib kayu yang ada korpus nya. Ketika aku hendak mengambil salib itu dari tangannya, karena takut jatuh, Glyn berkata kepadaku sambil matanya masih menatap salib itu : "Tuhan, mama..."
Terkadang, ketika di dalam mobil atau tengah bermain, Glyn suka tiba-tiba saja menyatukan jari-jemari tangannya (seperti sikap berdoa) dan berkata : "Tuhan..."
Waktu sedang di lembah Karmel Puncak, Glyn menunjuk patung Tuhan Yesus dan berkata kepada susternya : "Cucus, itu Tuhan Yecus!"
Waktu dibawa masuk ke dalam Gereja pun, Glyn langsung berkata : "Tuhan Yesus!". Tentu saja di dalam suasana yang hening, suara Glyn jadi terdengar menggema, membuat semua mata menatap kepadanya.
"Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanam-tanaman yang tumbuh menjadi besar pada waktu mudanya; dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana!" *Mzm 144:12*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar