Kisah 2 Lontong Menjadi Sebakul Kesempatan
Kali ini aku bukan ingin berdongeng tentang 2 lontong yang menjadi sebakul kesempatan, tapi aku mau bercerita tentang kisahku sendiri, apa yang benar-benar kualami. Bukan juga mau sombong-sombongan, apalagi bersikap takabur, tapi aku cuma mau cerita apa adanya, polos, tanpa kain ulos… :)
Begini ceritanya :
Suatu hari, (aku lupa tepatnya tanggal dan tahun berapa),
Aku diundang pak Gunawan untuk memberikan kesaksian di Persekutuan Doa
Karismatik di Gereja St. Laurensius. Aku pun datang dan mengisi kesaksian
hidupku di sana. Selesai ibadah, aku dibekali
2 buah lontong oleh seorang panitia. Beberapa hari kemudian, waktu aku sedang berbelanja di
Indomart, seseorang memanggilku. Ternyata orang itu adalah salah satu pelayan
di PD Karismatik, namanya ibu Novita. Dia mengundang aku untuk mengisi sharing
di acara KBC (Kingdom Business Community).
Aku pun mengajak temanku, Deasy, untuk ikut ke acara KBC itu
yang diadakan di Hotel Orchard.Sesampainya di sana, aku dikenalkan dengan pembicara utamanya yang bernama Pak Julian Foe. Dan dari pertemuan itulah, akhirnya aku mulai berkenalan dengan dunia para trainer.
Pak Julian Foe yang adalah founder dari PT. Qando Qoaching (QQ), bergerak di bidang training, coaching & consulting, secara berkala terus mengundang aku untuk memberikan sharing di seminar-seminar yang dia bawakan. Hingga pada suatu hari, Pak Julian Foe menantang aku untuk mulai membawakan materi training.
Mendengar tantangan itu, jantungku langsung bereaksi lebih cepat dari organ tubuh lainnya. Dengan lancangnya dia langsung berdentum-dentum di dalam dadaku, membuat otakku langsung mogok berpikir. Sampai lewat beberapa hari kemudian, barulah otakku bisa kembali berpikir dengan jernih : kesempatan ini adalah kesempatan langka, dan nggak seharusnya aku menyia-nyiakannya begitu saja. Dengan sedikit dipaksakan, akhirnya aku menanggapi tantangan itu dengan berkata, “Ok, Pak, aku siap!”
Dan sejak saat itulah, aku mulai dipercaya untuk membawakan materi training. Tanpa kuduga, ternyata aku mampu membawakannya dengan cukup baik, walaupun aku harus menghafal setiap slide sesuai urutannya.
Sungguh suatu anugerah yang tak terhingga; berbicara di depan puluhan sampai ratusan orang, memberikan materi motivasi kepada perusahaan-perusahaan besar, seperti BCA, MNC, Kemenhub, dsb, terbang ke berbagai kota. Dan akhirnya Jumat depan, 26 Desember 2014, adalah kali pertama aku diutus sendirian, tanpa tim, hanya didampingi suami, untuk membawakan materi motivasi di sebuah perusahaan di Jogjakarta. Ini merupakan kepercayaan yang menurutku sangat besar, dan aku berdoa semoga aku mampu menyelesaikan tugasku dengan semaksimal mungkin.
Nah makanya, dari kisahku di atas, apakah keliru kalau aku memberi judul “2 Lontong Menjadi Sebakul Kesempatan”?
Dari pengalamanku ini aku mendapat sebuah pelajaran yang sangat berharga, yaitu: jangan samakan pelayanan di Gereja dengan bisnis. Jika urusan pelayanan, nggak dibayar pun aku harus tetap bersyukur, karena bos utamanya adalah Tuhan Yesus, panitia pelaksana hanyalah perpanjangan tangan Tuhan, dan mereka bukanlah bos yang harus menggaji kita. Upah pelayanan adalah jiwa-jiwa yang dimenangkan lewat pelayanan kita. Satu jiwa sama dengan sebutir mutiara yang kelak akan Tuhan hadiahkan padaku untuk menghiasi mahkotaku di Sorga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar