Selama 6 tahun kerja di Mulia, baru kali ini aku diminta untuk membawakan materi motivasi bagi para karyawan outsource. Padahal yang mempercayakan tugas ini adalah atasanku yang baru. Dia baru saja bergabung dengan kantor kami bulan November, dan, tanpa ragu sedikit pun, dia sudah menyuruhku untuk mencoba menjadi seorang trainer.
Awalnya aku sempat dag-dig-dug, benar-benar nggak percaya kalau kesempatan ini akhirnya datang juga menghampiriku. Dari dulu memang aku sudah punya keinginan untuk menjadi seorang motivator, tapi aku seringkali ragu dengan kemampuanku. Apalagi aku sadar kekuranganku akan ilmu pengetahuan, khususnya yang menyangkut tentang dunia kerja.
Ibu Romanna, begitu nama atasanku itu, sebaliknya terlihat begitu percaya penuh akan kemampuanku membawakan materi motivasi di depan karyawan baru. Akhirnya, dengan cara menekan semua perasaan takut, ragu, dan pikiran-pikiran negatif lainnya yang telah mencegah langkahku selama ini, aku pun memaksakan mulutku untuk menjawab : "Siap!"
Untung saja sebelumnya aku sudah beberapa kali mendengar seminar yang dibawakan oleh Pak Julian Foe, seorang motivator luar biasa yang telah beberapa kali memberiku kesempatan untuk memberikan sharing kepada peserta seminarnya. Di situ dia membawakan materi tentang motivasi kerja, dan salah satu materinya yang paling kuingat adalah 5-AS :
AS-1 : KERJA KERAS
AS-2 : KERJA CERDAS
AS-3 : KERJA TUNTAS
AS-4 : KERJA SELARAS
AS-5 : KERJA IKLAS
Tanpa ragu lagi, aku langsung mengajukan materi tersebut kepada ibu Romanna.
"Bu, bagaimana kalau materi yang akan kubawakan nanti tentang 5-AS?"
"5-AS? apa itu?"
Dengan antusias, aku pun menjabarkan tentang 5-AS itu kepada ibu Romanna yang langsung menerimanya dengan antusias pula.
"Aku mendengar tentang 5-AS ini dari seorang motivator terkenal, namanya Pak Julian Foe!"
"Bagus kalau begitu!" sahut bu Romanna semakin antusias, "berarti kamu tinggal mengembangkannya saja. Berapa waktu yang kamu butuhkan untuk membawakan training ini?... 4 jam, cukup?"
Mendengar kata 4 jam, tak sadar bibirku langsung menganga lebar karena terkejut. Untung saja di ruangan bu Rom nggak ada nyamuk atau lalat, kalau tidak, bisa-bisa mereka pada berebutan mampir ke dalam mulutku yang bagi mereka tampak seperti sebuah gua.
"Wah, nggak perlu sampai selama itu, bu..." Tiba-tiba saja suaraku turun satu oktaf, "mungkin 2 jam saja sudah sangat cukup, bahkan malah lebih." Aku seram membayangkan waktu selama itu akan kugunakan untuk bicara apa saja. Jangan-jangan nanti malah bicaraku jadi melebar kemana-mana.
"Dalam waktu 2 jam saja kamu sudah yakin dapat menyampaikan materi ini sampai benar-benar dipahami oleh peserta, bukan asal dijelaskan saja, tapi sungguh-sungguh ditangkap oleh mereka?"
Aku mengangguk. Boro-boro 2 jam, memikirkan mau bicara apa saja, aku masih kebingungan.
Sepulang kantor, aku langsung menceritakan semua ini kepada suamiku, dan dia dengan semangat mendukungku dan berjanji akan membantuku mencarikan materinya. Aku pun segera searching di internet tentang berbagai kisah kehidupan orang-orang sukses yang bisa dijadikan contoh. Aku ingat beberapa contoh juga yang disampaikan oleh pak Julian, seperti kisah kehidupan Rudi Hartono dan pak Zainal Arifin.
Aku benar-benar bersyukur sekali Tuhan telah mempertemukanku dengan pak Julian, Karena ternyata hal itu sangat membantuku sekali dalam menyiapkan penampilan perdanaku ini.
Selain berbagai contoh kehidupan orang-orang sukses, aku juga menyiapkan beberapa game. Aku sharing dengan teman dekatku, Deasy, dan dia juga banyak membantuku dengan berusaha mengingat-ingat kembali game-game apa saja yang pernah dia terima saat mengikuti seminar motivasi.
Dan akhirnya, tiba-tiba saja bu Rom berkata :
"Rachel, kamu mulai hari senin ini ya, untuk para karyawan outsource baru!"
"Hahhhh?" Rasanya aku seperti disambar petir. Berarti aku hanya diberi waktu Sabtu dan Minggu untuk mempersiapkan diri.
"Aku takut, bu!" kataku tanpa malu-malu lagi.
"Nggak usah takut..." Ujar Bu Rom santai, "kapan lagi kamu siap kalau bukan sekarang?"
Jantungku berdetak semakin keras, telapak tanganku tiba-tiba saja terasa dingin.
"Bagaimana kalau nanti saya salah bicara?"
"Yang penting kamu sudah menguasai materi. Toh, karyawan barunya juga cuma 16 orang, dan hanya bekerja selama 1 bulan saja... jadi kamu santai sajalah...!"
Selama Sabtu dan Minggu, aku nggak bisa konsen memikirkan apa saja yang harus kubicarakan nanti, karena kebetulan anakku datang ke Jakarta, dan aku sibuk bermain dengannya. Baru Minggu malamnya, ketika anakku pulang kembali ke Sukabumi, aku mulai memusatkan perhatianku pada penampilanku besok. Suamiku pun mulai memberikan masukan-masukannya. Bahkan dia menjadikan pengalaman hidupnya sebagai contoh.
Bagaimana dia yang hanya lulusan SMA bisa menjadi seorang programmer seperti sekarang ini, padahal sama sekali dia tidak pernah mengambil kursus apalagi pendidikan komputer. awalnya dia hanya bekerja membersihkan komputer, dan hanya mendapat gaji 100 ribu sebulan. Tapi di saat-saat seperti itulah, dia mempraktekan apa yang dinamakan kerja keras dan kerja cerdas. Dia bukan hanya membersihkan komputer-komputer di tempatnya bekerja, melainkan ketika komputer-komputer itu tidak ada yang sedang menggunakannya, dia memanfaatkannya untuk belajar komputer sendiri, dan banyak membaca-baca buku komputer. Karena gaji yang sangat kecil untuk kehidupan di Jakarta, sampai-sampai dia pernah makan sehari sekali hanya dengan indomi, itupun indomi pemberian dari temannya, karena saat itu disaku celananya hanya tersisa uang seribu lima ratus rupiah.
Hingga suatu hari ada orang yang baik hati meminjamkannya uang untuk membuka sebuah warnet bersama dengan beberapa temannya. Komputer yang ada di Warnetnya tidak dia sia-siakan begitu saja. Sambil menjaga warnet, dia pun mencoba berbagai ilmu komputer yang dia baca di dalam buku. Ketika Warnet yang dikelolanya bersama beberapa temannya itu tutup. Dia pun sudah memiliki bekal ilmu, yang akhirnya membawanya sampai ke MABES TNI. Tidak sampai di situ saja, sekarang, dia sudah memiliki produk sendiri yang bisa dijualnya ke berbagai perusahaan besar.
Walaupun kisah ini sudah kuketahui sebelumnya dari suamiku, tapi tetap saja aku merasa terpesona ketika suamiku kembali menceritakannya untuk dijadikan contoh dari materi yang akan kubawakan besok. Benar-benar perjuangan yang luar biasa. Aku jadi makin bangga punya suami seperti dia.:)
Akhirnya hari Senin pun tiba. Aku sudah siap. Ternyata aku hanya diberi waktu selama 1 jam saja. Tidak ada game, hanya penyampaian materi saja.
Pertama-tama aku mengatakan kepada para peserta bahwa aku bukan hendak membawakan sebuah training, tetapi sebuah sharing. Karena ini hanya sharing, jadi aku meminta semua peserta untuk lebih santai dan tidak malu-malu dalam mengungkapkan pendapatnya.
Ternyata respon peserta pun sangat baik. Semakin lama, aku juga semakin santai dalam membawakan materi.
Ibu Rom hanya menjadi pengamat setia. Ketika selesai, ibu Rom mulai menyampaikan beberapa kritiknya.
"Kamu terlalu terburu-buru, kelihatan sekali kalau kamu gugup..., tidak perlu memberikan contoh terlalu banyak, tetapi gunakan satu contoh saja untuk dijabarkan menurut ke 5-AS tersebut... Untuk contoh diri kamu sendiri itu sudah bagus..... Tapi secara over all penampilan kamu sudah bagus!"
Ahhaaa!!!
Aku benar-benar senang akhirnya aku bisa menyelesaikan tugasku ini, walaupun sesudahnya aku langsung sakit kepala, mungkin akibat syaraf-syarafku yang tegang sejak menerima tugas ini hari Jumat lalu. hehehe...
Terimakasih ya ibu Romanna, karena sudah mempercayakan dan mendorong aku untuk menerima tugas ini.
Terimakasih juga buat pak Julian Foe yang sudah mewariskan sebuah pelajaran berharga tentang 5-AS, yang bukan hanya berguna buat saya, tetapi juga sangat bermanfaat buat para karyawan outsource yang mendengar sharing saya kemarin itu.
Dan terakhir ucapan terimakasihku buat mantan pacarku, karena sekarang sudah menjadi suami tercinta. Terimakasih sayang buat dukungan dan semangatnya. You are the best, always and forever.
Dan yang paling pertama dan terutama dari semuanya ini, terimakasihku juga buat My Lord Jesus! Selamanya kekuatanku hanya ada di dalam-Mu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar